31/05/10

Term of Reference
LOMBA KARYA TULIS (LKT)
PERINGATAN 49TH NASY’ATUL MUTA’ALLIMIN GAPURA TIMUR
Oleh
IKATAN ALUMNI SANTRI NASA (INSAN) DI SURABAYA


Pendahuluan
Membaca perkembangan dunia pesantren, seperti membaca kekhasan mozaik Islam khas Indonesia. Di dalam dunia pesantren berisi berbagai aktivitas pembelajaran agama Islam yang klasik hingga modern. Dari sorogan hingga bondungan yang selalu dipertahankan sebagai tradisi pembelajaran agama, bahkan saat ini pembelajaran modern juga sudah mulai merambah dunia pesantren. Uniknya, dunia pesantren tetap tidak kehilangan kekahasan sebagai institusi sosial yang khas Islam.

Keunikan dan kekhasan inilah yang membuat banyak orang tertarik meneliti pesantren, baik dalam dalam maupun dari luar negeri. Sebut saja Greg Fealy, Greg Barton, Andree Feillard, Mitsuo Nakamura, Sidney Jones, Martin Van Bruinssen, dan Douglas E. Ramege. Dari dalam negeri seperti Zamakhsyari Dhofier, Dawan Raharjo, Endang Turmudzi, KH Abdurrahman Wahid, dan sebagainya. Kekhasan dan keunikan ini pula yang membuat Gus Dur menyebut pesantren sebagai sub-kultur dalam masyarakat di Indonesia.

Apabila membaca sejarah panjang pesantren di Indonesia terlihat secara jelas betapa dinamika pesantren tidak bisa dilepaskan dari tradisi menulis. Tradisi menulis merupakan warisan intelektual paling berharga yang dihasilkan oleh dunia pesantren. Hampir sebagian besar ulama-ulama cerdas negeri ini lahir dari pesantren. Karya-karya klasik dalam dunia Islam berwujud kitab-kitab yang hampir tiap hari dipelajari oleh para santri merupakan warisan intelektual dari para kiai dan ulama pesantren.

Mereka yang telah banyak melahirkan karya tulis yang dianggap tradisional-klasik seperti Syaichona Cholil Bangkalan, KH Nawawi Al Bantani, KH Hasyim Asy’ari, hingga yang disebut modern seperti, KH Wahab Chasbullah, KH Wahid Hasyim, KH Ahmad Shiddiq, KH Sahal Mahfud, KH Abdurrahman Wahid dan sejumlah kiai NU yang banyak menghasilkan karya. Tidak itu saja, belakangan banyak muncul sejumlah pemuda pesantren yang giat menuliskan karya-karyanya sudah mulai bermunculan, dari Ulil Abshar Abdalla, Zuhairi Misrawi, Khamami Zada’, Rumadi, Imam Aziz, Ahmad Suaedy, dan masih banyak sederet penulis muda trekemuka di negeri ini yang lahir dari pesantren.

Realitas ini menunjukkan bahwa dunia pesantren tidak bisa dilepaskan dari tradisi menulis. Kemampuan menulis para santri biasanya muncul karena proses yang panjang disertai dengan berbagai pergulatan cerdas dalam pembelajaran agama di dalamnya. Tradisi menulis itu terbangun dari tradisi membaca yang kuat di kalangan santri. Tidak berlebihan bila iklim akademik di dunai pesantren akhirnya mampu melahirkan sekelompok santri yang memiliki kemampuan menulis secara mengagumkan.

Berangkat dari dasar itulah, kami sebagai insan yang pernah dididik dan dibesarkan dari lingkungan pondok pesantren (Ikatan Santri Alumni Nasa [INSAN] di Surabaya) untuk meneruskan dan tetap menjaga tradisi menulis di dunia pesantren. Bentuk kongkrit dari hal tersebut, dirasa perlu kiranya – salah satunya adalah dengan mengadakan lomba karya tulis yang secara khusus dilombakan untuk para santri dan mahasantri yang ada di lingkungan pondok pesantren Nasy’atul Muta’allimin (NASA) Gapura Timur Gapura Sumenep. Disamping itu, kegiatan ini dimaksudkan sebagai bentuk tali silaturrahim antara alumni dan lembaga dalam rangka ikut serta menyemarakkan acara Haflatul Imtihan Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur yang ke-49, bahwa alumni adalah aset lembaga (Vitzal Rivaei).

Nama dan Tema Kegiatan
Kegiatan ini bernama Lomba Karya Tulis dalam bentuk opini dan cerita pendek (cerpen). Tema penulisan opini adalah “Pesantren dan Pemberdayaan Umat”:
1. Pesantren dan Pendidikan
2. Pesantren dan Ekonomi Kerakyatan
3. Pesantren dan Agent of Change
4. Pesantren dan Pemberdayaan Perempuan
5. Pesantren dan Lingkungan Hidup
6. Pesantren dan Sains
7. Pesantren, Kiai dan Politik Lokal
Adapun tema penulisan cerpen dan puisi nbebas, tetapi tidak mengandung unsur porno dan mempunyai pesan moral yang akan disampaikan kepada pembaca.

Tujuan
Secara umum, kegiatan Lomba Karya Tulis ini bertujuan untuk menumbuh-kembangkan semangat kemampuan menulis di lingkungan santri pondok pesantren.
Secara khusus, kegiatan Lomba Karya Tulis ini bertujuan untuk:
1. Memberikan kesempatan kepada santri/siswa untuk membaca dan mengalisis perkembangan pondok pesantren dari masa-kemasa
2. Menampung ide-ide cerdas dan kreatif dari para santri/siswa terkait dengan tema sebagai masukan untuk kemajuan pondok pesantren.
3. Menjaga eksistensi dunia menulis dalam lingkungan pondok pesantren.

Peserta
1. Peserta Lomba Karya Tulis berupa opini khusus siswa Madrasah Aliyah (MA) dan Mahasiswa Sekolah Tinggi Keislaman Nasy’atul Muta’allimin (STIKNAS) Gapura Timur.
2. Peserta lomba penulisan cerita pendek (cerpen) khusus siswa Madrsah Tsanawiyah (MTs) Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur .
3. Peserta lomba penulisan puisi khusus siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nasa Gapura Timur.

Teknik dan Penilaian
Mengenai teknik dan tata cara mengikuti Lomba Karya Tulis ini sebagaimana terlampir. Bisa juga berkunjung ke rumah Nasa: www.nasa-institut.blogspot.com

Penghargaan Pemenang
Pemenang lomba penulisan opini, cerpen dan puisi (juara I, II dan III) akan mendapatkan penghargaan berupa Tropy dan Piagam yang akan diberikan pada malam puncak (pembagian hadiah lomba) Peringatakan 49th Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur.

Panitia
Pelaksana kegiatan adalah para alumni Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur, yang secara khusus menempuh pendidikan tinggi di Surabaya.

Penutup
Demikian Term of Reference (TOR) ini dibuat sebagai panduan pelaksanaan Lomba Karya Tulis. Partisipasi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan acara lomba karya tulis santri ini sangat di harapkan.






KETENTUAN UMUM
LOMBA KARYA TULIS 2010
PERINGATAN 49TH NASY’ATUL MUTA’ALLIMIN GAPURA TIMUR
Oleh
IKATAN ALUMNI SANTRI NASA (INSAN) DI SURABAYA



I. PESERTA
1. Peserta kegiatan Lomba Karya Tulis berupa opini adalah khusus siswa pada jenjang pendidikan Madrasah Aliyah (MA) dan Mahasiswa Sekolah Tinggi Keislaman Nasy’atul Muta’allimin (STIKNAS) Gapura Timur yang masih aktif dan tercatat namanya di lembaga.
2. Peserta lomba penulisan cerita pendek (cerpen) adalah khusus siswa Madrsah Tsanawiyah (MTs) Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur yang masih aktif dan tercatat namanya di lembaga.
3. Peserta lomba penulisan puisi adalah siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur yang masih aktif dan tercatat namanya di lembaga.

II. TEMA
Kegiatan ini bernama Lomba Karya Tulis dalam bentuk opini dan cerita pendek (cerpen). Tema penulisan opini adalah “Pesantren dan Pemberdayaan Umat”:
1. Pesantren dan Pendidikan
2. Pesantren dan Ekonomi Kerakyatan
3. Pesantren dan Agent of Change
4. Pesantren dan Pemberdayaan Perempuan
5. Pesantren dan Lingkungan Hidup
6. Pesantren dan Sains
7. Pesantren, Kiai dan Politik Lokal
Adapun tema penulisan cerpen dan puisi nbebas, tetapi tidak mengandung unsur porno dan mempunyai pesan moral yang akan disampaikan kepada pembaca.

III. PENULISAN KARYA
Syarat Penulisan Naskah
a. Bentuk penulisan lomba karya tulis ini adalah bentuk opini (artikel, kolom, esai)
b. Judul bebas, harus sesuai dan berkaitan dengan tema yang dipilih
c. Karya ditulis menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (sesuai EYD), kecuali bentuk kolom dan esai
d. Tulisan menunjukkan kadar reflektif dan intensitas yang tinggi terhadap permasalahan/problem yang dibahas.
e. Karya tulis merupakan karya asli dan belum pernah di publikasikan.
f. Panjang tulisan berupa opini minimal 5 halaman dan max. 7 halaman.
g. Panjang tulisan berupa cerita pendek (cerpen) minimal 3 halaman.
h. Penulisan puisi minimal 3 judul
i. Tulisan diketik dengan menggunakan font Times New Roman ukuran 12, 1,5 spasi (opini, cerpen dan puisi).
j. Diketik pada kertas kwarto, dengan lebar margin top: 3cm, bottom: 3cm, left: 3cm dan right: 3cm (opini, cerpen dan puisi).
k. Sertakan biodata penulis (nama, ttl, alamat, jenjang pendidikan, kelas/semester bagi STIKNAS) dan nomor kontak (HP) yang bisa di hubungi

IV. PENYERAHAN KARYA
a. Penyerahan naskah dimulai sejak pengumuman lomba ini diumumkan. Batas akhir penyetoran naskah tanggal 25 Juni 2010.
b. Karya tulis dikirim kepada kepada Bapak Thayyib Kartawi, M.Pd (guru MA da Dosen STIKNAS) dan saudara Anwar Nuris, S.Pd.I dalam bentuk print out dan file

V. KETENTUAN TAMBAHAN
a. Pengumuman peserta penulisan karya opini dan cerpen yang masuk nominasi juara I, II, dan III akan diumumkan di Sekretariat lomba Haflatul Imtihan dan presentasi tulisan pada tanggal 4 Juli 2010 di panggung lomba.
b. Karya tulis menjadi hak panitia
c. Keputusan dewan juri tidak bisa diganggu gugat.

VI. BOBOT PENELAIAN
a. Ide (judul), Nilai 25%
- Original (asli dan tidak pernah dipublikasikan)
- Kreatif (menunjukkan pemahaman/perspektif baru dari penulis)
- Aktual (Sesuai dengan kondisi kekinian, ada fakta dan disertai sumber)
b. Isi
Membuat beberapa informasi aktual terkait tema dan disertai data/sumber argumentasi jelas dan lugas. Nilai 45%
c. Presentasi
Kesanggupan peserta mempertahankan dan mempertanggung jawabkan hasil tulisannya di depan para dewan juri. Nilai 30%

Meneladani Sosok KH. A. Zubairi Mz.

17/05/10


Kepemimpinan Kiai di Pesantren

Arifin (1991) dalam tulisannya mengemukakan, bahwa pondok pesantren didirikan secara individu oleh seorang kiai, maka segala sesuatu yang berlaku dalam pondok pesantren tersebut sangat bergantung pada gaya kepemimpinan kiai yang bersangkutan. Oleh karena itu, masing-masing pondok pesantren memiliki ciri khas yang berbeda dalam keilmuan yang dijadikan mata pelajaran pokok. Kalau kiainya alim dalam ilmu-ilmu keagamaan seperti pengkajian pada kitab kuning, pemahaman terhadap ilmu alat seperti nahwu dan sharraf maka akan melahirkan santri pandai membaca kitab kuning dan santri banyak yang berkompeten dalam bidang-bidang keagamaan.

Dengan demikian, boleh dikatakan bahwa kebijakan yang dipakai oleh pondok pesantren tergantung kepada kemampuan kiai dalam bidang ilmu tertentu yang dikuasainya. Akhirnya kiai tersebut disegani karena kebijakan-kebijakannya, sehingga kedaulatan yang ada di pondok pesantren juga sepunuhnya berada di tangan kiai yang bersangkutan.


Pola dan ciri-ciri kepemimpinan kiai di pondok pesantren yang demikian itu, pada gilirannya akan melahirkan kepemimpinan kiai yang kharismatik. Menurut Sahertian (1984), kepemimpinan kharismatik itu ada (melekat) pada seseorang yang memiliki sifat-sifat kepribadian yang paling luhur, sifat luhur ini sering dihubungkan dengan ciri-ciri psikologis, seperti: dapat dipercaya, ramah-tamah, jujur, bersemangat, penuh daya dan image, serta tabah dan bijaksana.


Sebuah Pengantar: Benar-benar Pengantar

KH. A. Zubairi Mz. adalah sosok kiai yang ada di pulau Madura, tinggal di sebuah kampung namanya Battangan Desa Gapura Timur Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep. Beliau adalah sosok kiai kharismatik dan memiliki beberapa ciri sifat khusus seperti yang telah disebutkan diatas.[1]

Keberadaan KH. A. Zubairi Mz. tidak bisa dilupakan dalam sejarah perkembangan pendidikan Islam sebagai perintis perjuangan dalam memperjuangkan serta menanamkan nilai-nilai keagamaan melalui lembaga pendidikan pondok pesantren Nasy’atul Muta’allimin yang diasuhnya.

Sejauh kiprahnya yang telah dilakukan dapat dilihat dari perkembangan pondok pesantren dan sekaligus sebagai “aktivis” keagamaannya. Disamping itu pula, KH. A. Zubairi Mz. juga adalah seorang kiai da’i (muballigh) dan bahkan sebagai sosok seorang kiai yang mempunyai jiwa kepemimpinan kharismatik (luar biasa) tinggi terhadap bawahannya – pengurus yayasan, pondok pesantren, dan beberapa pimpinan atau kepala madrasah yang ada juga pembantu (khadimul ma’had) di dalam pondok pesantren Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur. Kharisma KH. A. Zabairi Mz. dapat dilihat dari kebijakan-kebijakannya, sikapnya yang inklusif (mutahawwil), seperti perubahan kurikulum pondok pesantren dan konsep manajemen (idariyah) pondok pesantren.

Semenjak memulai perjuangan dakwahnya – dalam usia mudanya – KH. A. Zubairi Mz. seringkali diundang ke berbagai tempat acara seperti pengajian umum untuk memberikan ceramah-ceramah keagamaan atau mauidah hasanah (doc. madrasah di Candi). Semasa hidupnya beliau adalah sosok kiai yang disegani diantara kiai-kiai yang ada di daerah sekewedanan Batang-Batang, seperti kecamatan Gapura, Batu Putih, Dungkek dan Batang-batang juga Talango. Karena dengan kepribadian yang “khas” beliau memiliki kebijaksanaan dan wawasan yang luas, ahli dan trampil dalam pembinaan ilmu-ilmu keislaman, disamping mempunyai kepribadian yang luhur, seperti: dipercaya, ramah-tamah, jujur, bersemangat, penuh daya dan image, serta tabah dan bijaksana.

Aktivitasnya yang lain, KH. A. Zubairi Mz sering diminta beberapa lembaga untuk memberikan wejangan tentang pola pengembangan dan menejemen (pengelolaan) lembaga yang baik kedepan. Sehingga tidak hayal lagi bahwa banyak lembaga-lembaga pendidikan (madrasah atau sekolah) berdiri tegak dan mentereng tersebar di beberapa kecamatan seperti Gapura, Batang-batang, Dungkek, Talango dan lainnya kesemuanya itu berawal dari sebuah ide dasar (gagasan) KH. A. Zubairi Mz. sebagai sosok kiai yang mempunyai jiwa perhatian khusus terhadap pemberdayaan kondisi pendidikan di masyarakat berbasis pendidikan pesantren. Langkah seperti itu dilakukan oleh KH. A. Zubairi Mz. karena dianggap saking pentingnya mendirikan lembaga pendidikan Islam sebagai sarana (ambil bagian) dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan yang demikian itu merupakan amanah dari Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Bahkan kalau dirasa perlu di sebuah daerah tertentu untuk didirikan lembaga pendidikan Islam, seperti sekolah atau madrasah KH. A. Zubairi Mz. tinggal menunjuk salah seorang tokoh (figure) setempat guna mendirikan lembaga pendidikan, tetapi tetap dalam bimbingan, koordinasi, dan binaan beliau.

Maka pada akhirnya banyak beberapa lembaga pendidikan seperti madrasah dan lembaga-lembaga pendidikan non-formal (taman pendidikan Al-Qur’an dan madrasah diniyah) berkembang dibeberapa daerah sebagaimana disebutkan diatas, tetap memiliki garis hubungan secara kultural dengan beliau atau dengan lembaga pendidikan yang diasuhnya sendiri yakni pondok pesantren Nasy’atul Muta’allimin yang ada di Gapura Timur.[2]

Kepemimpinan dan kiprahnya KH. A. Zubairi Mz. dapat dilihat dari hasil karya tulisanya serta pemikiran-pemikirannya melalui kaset-kaset atau wejangan kepada para santri, sahabat, masyarakat dan putra-putrinya serta melalui instansi pesantren yang diasuhnya. Dari berbagai khazanah keilmuan, kiprahnya dalam pembangunan dan pemberdayaan lembaga pondok pesantren, gaya kepemimpinan KH. A. Zubairi Mz. dapat ditemukan dari kebijakan-kebijakannya dalam pondok pesantren, baik yang berkaitan dengan pengelolaan organisasi, manajemen, tujuan, perencanaan, evaluasi, pengawasan dan lain sebagainya. Semua itu dapat disebut dengan komponen-komponen dalam pengembangan lembaga pondok pesantren.

Dalam bentuk yang lebih riil lagi, kepemimpinan KH. A. Zubairi Mz. juga dapat ditemukan dari perkembangan pondok pesantren Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur Gapura Sumenep yang diasuhnya. Sehingga pondok pesantren tersebut banyak mengalami perubahan dalam beberapa sektor, seperti kurikulum, metode pembelajaran, proses kegiatan belajar-mengajar (KBM), kegiatan ektrakuirkuler sebagai pengembangan minat dan bakat para santri serta pembangunan fisik berupa sarana dan prasarana lembaga pendidikan pondok pesantren.

Berawal dari sekilas gambaran itulah, penulis merasa tertarik untuk meneliti – membukukan – lebih lanjut dengan harapan bisa mendapatkan data kongkrit. Dan alhamdulillah didapatkan data-data segar tentang biografi kiai Zubairi, mulai masa kanak-kanak, nasabnya, masa-masa pendidikan, merintis-memimpin lembaga, hari-hari terakhir menjelang wafatnya, gaya kepemimpinan, sejarah pertumbuhan lembaga, mengasuh dan kiprahnya, dan amaliah-amaliah KH. A. Zubairi Mz. kaitannya dengan pembentukan karakter (character building) lembaga pondok pesantren Nasy’atul Muta’allimin (NASA) yang ada di Gapura Timur sehingga lembaga tersebut mempunyai ciri khas khusus dibandingkan dengan beberapa lembaga pendidikan Islam lainnya.


[1] - Tulisan ini dipetik dari hasil penelitian Ach. Syaiful A’la (skripsi bab I point 1), Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam (KI) IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2009.

- Nama beliau adalah Amrawi. Pergantian nama merupakan kebiasaan masyarakat Jawa dan Madura bagi yang telah menunaikan ibadah haji ke Baitullah (Mekkah), karena dianggapnya membawa barokah (berkah). Kiai Zubairi menunaikan ibadah haji yang tertama pada tahun 1971 dan yang kedua pada tahun 1999 (lupa tanggal dan bulannya). “Mz” adalah singkatan dari kata Marzuqi, ayahanda K.H. A. Zabairi. Walaupun mencantumkan nama ayah setelah nama diri adalah tradisi Arab, tetapi dipakai pula oleh orang Indonesia. Wawancara dengan KH. Asy’ari Marzid, tgl. 10 April 2009 dan KH. Chairul Umam, BA. tgl, 17 April 2009.

[2] Nama pondok pesantren ini sekarang lebih dikenal di masyarakat dengan sebutan “NASA”, singkatan dari Nasy’atul Muta’allimin. Artinya, tumbuhnya para pelajar. Mengenai sejarah berdirinya, pertumbuhan lembaga, alasan pemberian nama, arti dan makna lambang, ada pada skripsi bab II point 1/a.